“Indeks Shanghai closing-nya malah lucu. Biar turun 4 persen tadi pagi, indeks Shanghai ditutupnya malah di atas. Orang yang cut loss (menjual rugi) pagi, sepertinya sore ini sudah nyesel,” ujarnya dalam ulasan, Rabu (2/9). Menurutnya, kondisi yang sama bisa saja terjadi di bursa saham nasional, di mana IHSG sangat bisa turun atau naik tipis seperti Hang Seng. “Tekanan jual dari pemodal asing memang lebih agresif dari pada kemarin. Tapi, karena jumlahnyamanageable, IHSG jadi bisa terasa kuat,” katanya.
Pada hari ini, aksi jual investor asing masif dilakukan pada perdagangan sesi kedua. Hal ini yang membuat IHSG berbalik melemah pad apenutupan perdagangan. Mandiri Sekuritas mencatat Total nilai transaksi yang dibukukan hari ini sebesar Rp 4,67 triliun dengan volume saham yang dieprdagangkan sebanyak 5,47 miliar lembar. Lebih rinci dijabarkan, 115 saham ditutup naik, 174 saham turun dan 88 stagnan.
Dalam perdagangan hari ini, hanya dua sektor saham yang berhasil ditutup menguat. Dua sektor saham tersebut adalah sektor perdagangan dan sektor manufaktur. Sementara itu saham sektor lainnya ditutup dalam zona merah. Saham yang meningkat paling banyak antara lain PT Lion Metal Works Tbk (20 persen), PT Asia Pacific Fibers Tbk (18,97 persen) dan PT Provident Agro Tbk (17 persen).
Sementara saham yang melemah paling tajam antara lain PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk (-10 persen), PT Kokoh Inti Arebama Tbk (-10 persen), dan PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (-10 persen). Sentimen positif para pelaku pasar atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap rilis inflasi Agustus 2015 sebesar 0,39 persen diperkirakan akan berkurang hari ini.
Reza Priyambada, Head of Research NH Korindo Securities Indonesia memprediksi IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 4435-4485 dan resisten 4517-4528. “Kembali munculnya sentimen negatif membuat laju IHSG kembali terkena aksi jual sehingga potensi penguatan lanjutan menjadi berkurang. Waspadai adanya pelemahan lanjutan jika data-data yang ada tidak terlalu mendukung laju IHSG untuk dapat berbalik naik,” ujar Reza dikutip dari riset, Rabu (2/9).
Ia meminta para investor untuk tetap mewaspadai laju bursa saham global dan sentimen yang ada terutama dari rilis makroekonomi luar negeri yang dapat berimbas pada laju IHSG. Reza menambahkan, torehan inflasi 0,39 persen tidak memberikan impresi yang baik bagi sebagian pelaku pasar karena menandakan perlambatan ekonomi makin berlanjut.
“Banyak yang menilai penurunan inflasi tersebut sejalan dengan penurunan daya beli masyarakat sehingga tidak memberikan positive surprise bagi pelaku pasar,” jelas Reza. Di sisi lain, imbas pelemahan bursa saham global turut direspon negatif pelaku pasar. Apalagi pelemahan tersebut dipicu oleh masih adanya pelemahan pada sejumlah data-data makroekonomi di Asia dan beberapa kawasan lainnya sehingga membuat pelaku pasar bereaksi negatif terhadap sentimen yang ada.
“Penguatan sebelumnya pun hanya dimanfaatkan pelaku pasar untuk profit taking sehingga memberi tekanan dan menghambat laju IHSG untuk dapat melanjutkan penguatannya,” katanya.
No comments:
Post a Comment