Manajemen PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa segera meneken Peraturan Presiden (Perpres) terkait skema subsidi bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pasalnya, dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) senilai Rp 5,1 triliun telah habis disalurkan per Juli 2015.
Akibat sudah tidak ada lagi dana FLPP yang bisa digunakan, Direktur BTN Imam Nugroho Soeko berharap pemerintah bisa menerbitkan Perpres untuk mengganti subsidi yang sudah ditalangi perusahaannya. Nantinya, kata Imam, skema yang digunakan adalah Subsidi Selisih Bunga (SSB). “Itu masih dalam proses. Jadi nanti dananya semuanya BTN yang sediakan. Pemerintah meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) yang akan memberikan subsidi,” jelasnya di Jakarta, Rabu (2/9).
Untuk diketahui, nantinya Kementerian PU-Pera bakal mengucurkan subsidi tersebut melalui Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Pembiayaan Perumahan. Lebih lanjut, potensi dana BLU yang tersedia mencapai Rp 1 triliun. Dana itulah yang bisa disalurkan untuk skema SSB.
“Kan pemerintah mau bunga tetap di 5 persen. Kalau ternyata bunganya 12 persen nanti 7 persennya akan mereka subsidi. Kalau dulu kan mereka akan siapkan 90 persen dana, sekarang kita yang siapkan 100 persen,” kata Imam. Ia berharap Jokowi bisa segera meneken Perpres tersebut sebagai modal perseroan menggenjot likuiditas dan pertumbuhan kredit. “Harusnya tahun ini. Karena kami diminta terus jalan, lalu nanti akan diganti. Kami berharap secepatnya agar kepastiannya ada,” kata Imam.
Sebagai informasi, pada tahun depan Kementerian PU-Pera mendapatkan anggaran yang lebih besar dibandingkan 2015. Tahun depan, pagu indikatif untuk FLPP dianggarkan sebesar Rp 9,3 triliun, subsidi uang muka Rp 220 miliar, dan dana SSB sebesar Rp 900 miliar.
Tjandra Lienandjaja, analis Mandiri Sekuritas, menyatakan pertumbuhan laba BTN dalam tujuh bulan pertama 2015 dibukukan 78 persen secara tahunan menjadi Rp 962 miliar, berporsi 61 persen dari ekspektasi kinerja setahun penuh. “Kami memprediksi laba mereka akan lebih tinggi daripada prediksi awal karena pencapaian mereka mencapai 51 persen dari target setahun penuh. Laba Juni masih sejalan dengan rerata laba bulanan Rp 138 miliar pada semester I 2015,” jelasnya dalam riset, dikutip Rabu (2/9).
Ke depannya, Tjandra menilai pertumbuhan kredit perseroan diprediksi melambat hingga 16 persen karena pertumbuhan KPR subsidi akan semakin terbatas pada sisa tahun ini. “BTN masih menunggu realisasi aturan tentang subsidi bunga untuk menggantikan FLPP yang jumlahnya terus berkurang,” ungkapnya.
No comments:
Post a Comment