Jumlah cadangan devisa China turun tajam sepanjang Juli-September 2015 ini, karena untuk melakukan stabilisasi mata uang yuan, dan menenangkan sentimen dari devaluasi yuan tersebut. Dalam data bank sentral China yang dilansir dari Reuters, Jumat (9/10/2015), bulan lalu, cadangan devisa China turun US$ 43,3 miliar, menjadi US$ 3,514 triliun. Sepanjang kuartal III-2015, cadangan devisa China turun US$ 180 miliar.
Langkah bank sentral China melakukan devaluasi yuan ternyata keterusan. Yuan terus turun karena imbas sentimen negatif ekonomi global. Para analis memprediksi, penurunan cadangan devisa China akan terus berlangsung. "Penurunan cadangan devisa China ini lebih sedikit dari yang diperkirakan pelaku pasar. Namun tetap terlihat, bank sentral China akan melanjutkan intervensi di pasar," kata Ekonom Senior dari Commerzbank, Zhou Hao.
Devaluasi yuan yang awalnya dilakukan oleh China, memunculkan kekhawatiran munculnya perang mata uang. Ini juga memunculkan keraguan soal kemampuan pemerintah China untuk melakukan transisi dari ekonomi yang didorong oleh investasi dan ekspor, menjadi ekonomi yang didorong oleh konsumsi.
Pemerintah China tidak ingin yuan terlalu banyak beredar di luar negeri supaya nilainya stabil. Untuk itu pemerintah Negeri Tirai Bambu membuat aturan baru. Aturan baru tersebut melarang warga China menarik duit banyak-banyak di luar negeri. Hal ini dipercaya bisa meredam arus dana keluar dari China. Larangan ini berlaku kepada pemegang kartu UnionPay yang dikeluarkan di China. Tahun ini penarikan uang dibatasi menjadi 50.000 yuan (Rp 115 juta). Sedangkan tahun depan batasnya 100.000 yuan (Rp 230 juta).
Dalam sehari, pemegang kartu UnionPay juga hanya bisa menarik 10.000 yuan (Rp 23 juta). Aturan ini secara tidak langsung berlaku untuk seluruh warga China karena selama ini UnionPay hampir memonopoli semua kartu perbankan di China. Selain itu, sejak awal tahun ini pemerintahan yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu sudah membatasi pengiriman uang ke luar negeri sebesar US$ 50.000 per tahun untuk satu orang.
Meski sudah ada pembatasan, tetap saja ada dana US$ 219 miliar (Rp 3.100 triliun) mengalir ke luar China dalam enam bulan pertama berdasarkan data UBS. Banyak dana kabur dari China meski pemerintah sudah berusaha meyakinkan para investor untuk tetap tenang di tengah perlambatan ekonomi. Gejolak yang terjadi di pasar keuangan menjadi faktor pemicu arus dana keluar.
Gara-gara upaya menstabilkan nilai tukar yuan, cadangan devisa China jatuh US$ 94 miliar (Rp 1.316 triliun) hanya dalam satu bulan Agustus. Sisa cadangan devisanya sekarang US$ 3,6 triliun (Rp 50.400 triliun). Ekonom UBS, Tao Wang, mengatakan cadangan devisa China masih akan terus berkurang seiring upaya pemerintah setempat menstabilkan nilai tukar yuan. "Tapi kami percaya kekhawatiran berkurangnya cadangan devisa ini hanya gara-gara pesimisme pasar terhadap China, tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan yang sebenarnya," katanya seperti dikutip.
No comments:
Post a Comment