Thursday, December 3, 2015

Langkah Pemerintah Untuk Selamatkan Harga Karet Dunia

Harga komoditas karet dunia merosot drastis sejak beberapa tahun terakhir. Kondisi ini mendorong 3 negara produsen karet yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand membuat beberapa kesepakatan. Menteri Perdagangan (Mendag) Tom Lembong akan mengintervensi harga karet yang masih murah, ketiga negara sepakat mempelajri kemungkinan pengendalian ekspor dengan mengalihkan konsumsi karet ke dalam negeri masing-masing negara, caranya dengan memperbanyak penggunaan karet ke proyek-proyek infrastruktur.

"Karet alam dalam beberapa tahun ini kurang baik. Semua negara yang produsen karet harus dorong luaskan penggunaan karet untuk bangun infrastruktur," jelas Lembong saat konferensi pers di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (3/12/2015). Meski produksi karet dunia menurun, harga karet dunia juga terus merosot tajam. Saat September 2015, seperti dilaporkan International Rubber Study Group (IRSG), pasokan karet dunia di pasar komoditas global sebanyak 2,8 juta metrik ton. Turun 2 juta metrik ton dibanding tahun lalu di periode yang sama tahun lalu.

Untuk mengoptimalkan suplai dan pengendalian ekspor karet, ketiga negara sepakat membentuk pasar karet regional yang terintegrasi ketiga negara. Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Indonesia (KPI) Kemendag Bachrul Chairi mengungkapkan, sistem pasar karet regional baru efektif berjalan pada Juni tahun depan. "Yang akan dilakukan adalah pembentukan pasar karet regional. Mulai 1 Januari 2016 dimulai tahap 1. Ada 2 tahap, pertama adalah membuat publikasi harga pasar karet regional oleh 3 negara ini. Dikumpulkan dan diinformasikan secara rutin. Sementara itu kita siapkan platform elektroniknya, Juni 2016 siap dan tersentralisasi," jelas Bachrul.

Dengan platform uang dibangun tersebut, ketiga negara bisa efektif mengendalikan suplai karet, dan mengatur pembatasan kouta ekspor untuk mengintervensi harga karet global. "Ini merupakan cikal bakal platform kita untuk seterusnya membuat future market karet di 3 negara tersebut," ungkap Bachrul. Bacrul melanjutkan, harga karet di pasar komoditas dunia saat ini hanya diharga US$ 1,2 per kg. Harga ini jauh di bawah harga karet saat tahun 2012 yang masih di kisaran US$ 4,9 per kg.

"Karena biaya produksi dan harga hampir sama. Dan nggak memberikan keuntungan yang berarti bagi petani. Harga yang ideal yang pernah kita capai pada 2012 adalah US$ 4,9 per kg, itu harga yang ingin kita capai. Prediksinya, sekarang kita sudah bisa keluar saja dari US$ 2,5 sudah baik. Sekarang itu US$ 1,2 per kg," katanya.

Pemerintah berencana memanfaatkan karet untuk proyek infrastruktur yang sedang gencar dibangun saat ini. Menurut Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, lewat Instruksi Presiden (Inpres), karet alam produksi domestik akan dipakai sebagai salah satu material untuk proyek-proyek yang akan mulai dibangun tahun depan.

"Kita ingin pakai karet untuk penggunaan jalan-jalan baru, dicampur di aspalnya. Pengalaman Thailand, dicampur aspal 20% harganya lebih mahal, tapi durasi usianya 40% lebih lama, Inpres target tahun ini, karena ini mendesak," kata Bachrul ditemui usai Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (3/12/2015). Selain jalan, penggunaan karet alam juga didorong pada proyek infrastruktur lain seperti rel MRT, dock fender pelabuhan, hingga pembangunan stadion baru.

"Lewat Inpres, karet juga akan digunakan untuk infrastruktur MRT kaya di Malaysia, slipper MRT nggak pakai kayu lagi, nggak pakai beton, tapi pakai karet. Kita juga mau coba inovasinya untuk kereta api untuk bantalan. Terus dock fender pelabuhan," terangnya. Menurut Bachrul, Thailand dan Malaysia sudah selangkah lebih maju untuk membatasi ekspor karet, dan mengalihkannya ke konsumsi domestik untuk infrastruktur.

"Di Thailand stadion bola penggunaan karet mayoritas. Thailand bikin stadion pakai karet. Indonesia harus cari banyak lagi penggunaan infrastruktur di APBN, kita koordinasi antar kementerian. Sekarang pembahasan Inpres di tingkat Menko, kalau ditandatangani, karet buat pembuatan jalan tol baru, dam dan lainnya," kata Bachrul. Menurutnya, penggunaan infrastruktur setidaknya akan meningkatkan penggunaan karet di dalam negeri sebesar 100 ribu ton.

"Di 3 negara dengan Malaysia dan Thailand, ada 200 ribu ton tambahan setahun. Kita porsinya 100 ribu ton," tutupnya. Sore ini, Menteri Perdagangan (Mendag) Tom Lembong, menggelar rapat tertutup membahas strategi mengatasi harga komoditas karet dunia yang terus anjlok dalam beberapa tahun terakhir. Hadir dalam rapat tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Thailand Chatchai Sarikulya, Menteri Tanaman Industri dan Komoditas Malaysia Datuk Amar Douglas Unggah Embas, dan Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kemendag Bachrul Chairi.

Rapat sendiri berlangsung dari pukul 15.00 dan baru selesai pada pukul 17.50. Sebagai informasi, meski produksi karet dunia menurun, harga karet dunia juga terus merosot tajam. Saat September 2015, seperti dilaporkan International Rubber Study Group (IRSG), pasokan karet dunia di pasar komoditas global sebanyak 2,8 juta metrik ton. Turun 2 juta metrik ton dibanding tahun lalu di periode yang sama tahun lalu.

Harga karet di pasar global saat ini dipatok seharga US$ 1,2 per kg, jauh di atas harga saat harga karet masih normal 3 tahun lalu sebesar US$ 4,9 per kg. Seperti diketahui Indonesia, Malaysia dan Thailand merupakan anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC). Ketiga negara ini merupakan produsen karet terbesar dunia. Turunnya harga karet dunia tak terlepas dari turunnya permintaan dan anjloknya harga minyak dunia.

No comments:

Post a Comment