Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI rate) dalam tiga bulan berturut-turut sejak Januari - Maret 2016 dinilai membawa berkah bagi layanan pengelolaan kekayaan alias wealth management perbankan. Kebijakan tersebut merangsang nasabah menambah tebal portofolio investasi ke produk-produk investasi lainnya.
HSBC Indonesia, salah satunya. Bank yang berkantor pusat di London itu mengaku menerima berkah dari penurunan BI rate, yakni pembelian produk-produk investasi di luar deposito dan tabungan. "Tidak banyak nasabah yang menambah alokasi ke deposito atau tabungan. Justru mereka banyak melakukan pembelian bersih ke produk-produk di luar itu, seperti reksa dana, unitlink dan lainnya," kata Steven Suryana, Senior Vice President and Head of Wealth Management HSBC Indonesia, Selasa (12/4).
Itu berarti, dana kelolaan (asset under management) layanan wealth management HSBC Indonesia berpotensi tumbuh lebih baik ketimbang tahun sebelumnya. Kendati demikian, ia enggan merinci target pertumbuhan bisnis tersebut. Menurut Steven, layanan wealth management di Indonesia masih akan menemui kendala. Bukan dari sisi makro ekonomi, melainkan dari keterbatasan pemahaman masyarakat itu sendiri terhadap pengelolaan kekayaan. Hal itu menjadi alasan HSBC menggelar acara-acara edukasi, seperti HSBC Wealth & Beyond Economy Forum 2016.
"Indonesia itu pertumbuhan kelas menengahnya cukup tinggi. Peluangnya masih sangat besar untuk wealth management, mengingat layanan ini terbilang baru berkembang. Namun sayang, edukasi masyarakatnya masih rendah," tutur Steven.
Tak heran, rata-rata masyarakat Indonesia masih banyak menempatkan dana mereka di deposito. Meski untuk tujuan keuangan jangka panjang, berdasarkan survei HSBC sebelumnya, 80 persen alokasi investasi masyarakat Indonesia berbentuk deposito. Padahal, idealnya, instrumen jangka panjang menawarkan return lebih menarik, seperti obligasi, sukuk, saham, reksa dana dan lainnya.
"Karenanya, pagelaran tahunan dan edukasi yang kami berikan, seperti HSBC Wealth & Beyond, Personal Economy Forum 2016 menjadi penting. Acara ini membuka mata banyak masyarakat tentang pentingnya memiliki perencanaan strategis yang dapat dinikmati hingga masa tua nanti," terang Blake Hellam, Head of Retail Banking & Wealth Management HSBC Indonesia. Survei terbaru HSBC Indonesia, masyarakat Indonesia memiliki harapan tinggi untuk terus dapat hidup berkualitas hingga masa tua mereka. Namun, baru sekitar 36 persen saja yang telah siap dengan perencanaan keuangan jangka panjang. Satu dari tiga orang di Indonesia bahkan mengaku belum siap menyambut hari tua mereka.
Studi HSBC bertajuk The Power of Protection, Confidence in the Future melansir, kekhawatiran masyarakat Indonesia yang paling besar adalah kondisi kesehatan. Hal ini menjadi ketakutan 64 persen responden dalam studi tersebut. Diikuti oleh, kesehatan keuangan (54 persen), kualitas hidup di usia tua (43 persen) ketika mereka tidak produktif lagi.
No comments:
Post a Comment