Monday, April 11, 2016

Penerimaan Negara Kuartal I 2016 Anjlok Lebih Rendah Dari Tahun 2015

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mencatat realisasi penerimaan negara sampai dengan kuartal I-2016 sebesar Rp 247,6 triliun, atau 13,6% dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sebesar Rp 1.822,5 triliun.

Realisasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp 284 triliun, atau 16,1% dari target Rp 1.761,6 triliun. "Pendapatan negara memang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu," kata Bambang, saat rapat kerja dengan Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/4/2016).

Ini meliputi penerimaan perpajakan sebesar Rp 204,7 triliun atau 13,2% dari target, dan penerimaan negara bukan pajak Rp 42,8 triliun atau 15,6%. Sisanya adalah hibah. Sementara itu realisasi belanja negara Rp 390,9 triliun atau 18,7% dari target Rp 2.095,7 triliun. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 367,7 triliun atau 18,5% dari target Rp 1.984,1 triliun.

"Belanja lebih tinggi seiring dengan realisasi program yang lebih cepat," imbuhnya. Belanja tersebut meliputi belanja pemerintah pusat sebesar Rp 193,5 triliun atau 14,6% dari pagu, dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp 197,4 triliun. Dengan demikian, defisit anggaran pada kuartal I-2016 adalah 1,13% terhadap PDB, atau setara dengan Rp 143,3 triliun. Dalam APBN, defisit anggaran dipatok 2,15% terhadap PDB.

Defisit anggaran adalah 1,13% terhadap PDB," tukasnya. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada kuartal I-2016, yakni periode Januari-Maret.

Untuk komponen asumsi makro ekonomi, nilai tukar rupiah mengalami penguatan dibandingkan asumsi dalam APBN.  Kondisi ini berbeda jauh dengan harga minyak dunia yang lebih rendah dari ketetapan asumsi makro. Inflasi mampu terkendali pada batas yang wajar. "Kalau melihat kondisi kuartal I, sebenarnya ada beberapa komponen yang realisasinya mengalami perubahan," kata Bambang di depan anggota dewan di Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/4/2016).

Berikut realisasi asumsi makro ekonomi pada kuartal I-2016
  • Inflasi 4,45% (yoy) - APBN 2016 adalah 4,7%
  • Kurs Rp 13.527/US$ - APBN 2016 adalah Rp 13.900/US$
  • SPN 3 bulan 5,9% - APBN 2016 adalah 5,5%
  • ICP US$ 30,2 per barel - APBN 2016 adalah US$ 50 per barel
  • Minyak 785,2 ribu barel per hari - APBN 2016 adalah 830 ribu barel per hari
  • Gas 1,2 juta barel setara minyak - APBN 2016 adalah 1,1 juta barel setara minyak
"Minyak mengalami produksi yang tidak baik seiring dengan penurunan harga tapi gas cukup bagus dengan realisasi yang lebih tinggi," ujar Bambang. Sementara untuk pertumbuhan ekonomi, Bambang masih menunggu hasil resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Target selama 2016 adalah 5,3%. "Kita menunggu rilis resmi dari BPS," tegasnya.

No comments:

Post a Comment