Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) akan menggelar pertemuan pada 16 Desember 2015. Dalam pertemuan yang dikenal dengan Federal Open Market Committee atau FOMC itu, Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen diperkirakan bakal mengumumkan kenaikan suku bunga.
Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, yang perlu dicermati bukan hanya berapa besar kenaikan suku bunga, melainkan juga apakah ada kenaikan suku bunga lanjutan. Misalnya, naik segera atau dalam kurun waktu 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun pasca keputusan tanggal 16 Desember nanti.
"Kenaikan kedua itu yang perlu kita cermati. Kalau saat ini market memperkirakan kenaikan kedua akan terjadi perlahan atau gradual dan AS tidak ingin membuat gejolak pasar keuangan internasional," ujar Mirza saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Kamis (13/12/2015). Keputusan FOMC akan menentukan apakah akan terjadi gejolak terhadap rupiah atau tidak. Mirza mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed tidak memicu gejolak jika sesuai perkiraan pasar yaitu sebesar 0,25%.
"The Fed tanggal 16 di sana, di sini (tanggal) 17. RDG (Rapat Dewan Gubernur BI) tanggal 17. Kalau kita baca, kita mesti tetap waspada risiko dari eksternal misalnya kenaikan suku bunga AS yang 0,25%, kalau itu terjadi memang kemungkinan besar sudah price-in, berarti tidak akan membuat jadi gejolak," jelas dia. Namun, Mirza menambahkan, BI tetap mewaspadai apapun keputusan The Fed pada 16 Desember nanti. Pasalnya, tidak ada yang bisa memastikan kondisi eksternal pasca keputusan The Fed nanti.
"Situasi harusnya akan tetap stabil tapi kan semua itu kita tidak bisa dipastikan oleh karena itu mengapa BI statementnya menyatakan kita harus berhati-hati dan mencermati kondisi eksternal," pungkas Mirza
No comments:
Post a Comment